I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan menjadi sarana bagi pembetukan
intelektualitas, bakat,
budi pekerti, dan akhlak, serta kecakapan peserta didik dalam proses
pendidikan. Atas pertimbangan inilah selayaknya semua pihak perlu memberikan perhatian secara maksimal terhadap bidang pendidikan.
Dunia pendidikan dimasa depan memang dituntut untuk lebih
dekat lagi dengan realitas dan permasalahan hidup yang tengah menghimpit
masyarakat. Ungkapan School is mirror society (sekolah lembaga pendidikan
adalah cermin masyarakat) setidaknya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang
berlangsung. Sebagai konsekuensinya, lembaga masyarakat harus ikut berperan
aktif dalam memecahkan problem social,
Warga masyarakat akhir-akhir ini juga diharapkan problem
dapat mengatasi problem dan perlu adanya perhatian khusus dalam pendidikan dan
masyarakat, karena 95% masyarakat menunjang perkembangan peserta didik baik
positif atau negatifnya.
Para Sosiolog memandang betapa pentingnya pengetahuan tentang proses sosial, mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia. Bahkan Tamutso Shibutani menyatakan bahwa Sosiologi mempelajari transaksi-transaksi sosial yang mencakup usaha-usaha bekerja sama antara para pihak, karena setiap kegiatan manusia di dasarkan pada gotong royong.[1]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Masyarakat dan
Pendidikan ?
2. Bagaimana Proses Belajar Individu di
Masyarakat ?
3. Bagaimana Pengaruh Sekolah Terhadap
Masyarakat ?
4. Bagaimana Perubahan Sosial dan
Pendidikan ?
5. Bagaimana
Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian
Masyarakat dan Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Proses Belajar
Individu di Masyarakat
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Sekolah
Terhadap Masyarakat
4. Untuk Mengetahui Perubahan Sosial
dan Pendidikan
5. Untuk Mengetahui Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat dan Pendidikan
1.
Masyarakat
Istilah
“masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat”
sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses
kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata
“serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling
berhubungan”.[2] Sedang,
istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”. Sehingga bisa
dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam
suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan
identitas.
Banyak
para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan
Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang
terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu
kelompok yang berbeda.
Znaniecki
menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik
para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu
selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu
masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam
suatu organisasi.
Jika
kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki
tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat
itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu
dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem
biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara
mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang
lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling
memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa
sekalian alam.
Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat
sebagai suatu kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di
dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara
harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat; Pertama pada masyarakat mesti
terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup besar. Kedua individu-individu tersebut
harus mempunyai hubungan yang melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal
pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga
hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.
Dari
beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa
masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok
yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain.
Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang
tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang
kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu
kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah
masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya
berdasarkan naluri saja.
2. Lembaga Pendidikan
Lembaga
pendidikan adalah suatu tempat yang di dalamnya terdapat proses pendidikan.
Pada dasarnya lembaga pendidikan meliputi lembaga pendidikan keluarga, lembaga
pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan masyarakat.
a. Lembaga Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di
lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh dari orang tua. Karena itu keluarga merupakan lembaga tertua,
yang bersifat informal dan kodrati. Lembaga pendidikan keluarga tidak memiliki
program yang resmi seperti lembaga pendidikan sekolah karena di dalam keluarga
anak mendapatkan pendidikan secara alami.
Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi
perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik. Keluarga sebagai
lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola
kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali dikenalkan dengan
nilai dan norma. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati,
karena antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik terdapat
hubungan darah.
b. Lembaga Pendidikan Sekolah
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan
melalui prasarana terlembaga seperti sekolah, akademi, universitas. Pendidikan
ini di laksanakan berurut dalam jangka waktu yang lama dan berjenjang.
Keberhasilan dalam menjalani pendidikan
ini pada tahap-tahap tertentu biasanya dilambangkan dengan pemberian
ijazah.[3]
Salah satu lembaga formal adalah lembaga pendidikan sekolah.
Lembaga pendidikan sekolah terbentuk karena adanya perkembangan ilmu dan
teknologi dan terbatasnya orang tua dalam mendidik anak. Mendidik anak tidak
hanya di lakukan oleh keluarga tetapi
lembaga pendidikan sekolah ikut berperan serta dalam mendidik masyarakat.
Lembaga sekolah ini meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya
dalam lingkungan keluarga. Sekolah menerima tanggung jawab pendidikan
berdasarkan kepercayaan dari orang tua. Tugas sekolah sangat penting dalam
menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Pembangunan tidak mungkin
berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersedianya SDM yang berkualitas hasil
dari didikan lembaga sekolah.
c. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lembaga pendidikan formal.
Lembaga pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar
jalur formal. Pendidikan nonformal pada umumnya merupakan pendidikan keterampilan
yang mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan menyelenggarakan
pekerjaan tertentu yang dibutuhkan dalam bidang produksi dan jasa, serta
meningkatkan mutu kehidupan peserta sendiri.
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup,
cita-cita bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan
mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan penting
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu ikut serta membantu menyelenggarakan
pendidikan (dengan membuka lembaga pendidikan swasta), menyediakan lapangan
kerja, menyediakan sarana dan prasarana, dan membantu pengembangan profesi baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. [4]
Dalam sistem pendidikan nasional masyarakat ini disebut “Pendidikan
Kemasyarakatan”. Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang memberikan
perkembangan sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, keterampilan, keahlian (profesi),
yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan
membangun masyarakat.
B.
Proses
Belajar Individu di Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan
produk dari masyarakat, karena
apabila kita sadari arti pendidikan sebagai
proses transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan masyarakat.
Hampir segala sesuatu yang kita
pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang
lain baik dirumah. Sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan
timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Bagi masyarakat sendiri hakikat
pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan
hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan
nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya
yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap
masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi
tertentu sesuai corak
masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui
interaksi sosial dengan demikian pendidikan dapat diartikan
sebagai proses sosialisasi.[5]
Dalam pengertian tersebut, pendidikan
sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan
lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni
keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang
ibu berupaya memberikan segala
bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang
lembut serta gendongan yang
begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih
tetap memerlukan pertolongan intensif
dari manusia lain. Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat
di dalam mahligai cinta kasih
perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya.[6]
Manusia adalah merupakan
makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik
perubahan-perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan-perubahan dalam segi
psikologik.[7]
Dari sini bisa
kita sadari selain anggota keluarga baru itu belajar mengetahui, mempelajari
serta melakukan berbagai reaksi terhadap stimulus dari dunia barunya maka bisa
kita cermati pula bahwa sang bayi juga memahami esensi nilai-nilai kemanusiaan dari
keluarganya dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta semua
tindak tanduk yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat oleh
belaian kasih sayang manusia dewasa.[8]
Ilustrasi di atas hanyalah sekelumit
kecil dari siklus belajar individu
di dalam masyarakat. Proses tersebut berlangsung pula ketika kita menjadi manusia dewasa.
Apabila kita memenuhi kewajiban
sebagai saudara laki-laki, suami atau warga Negara, serta menjalankan hal-hal
lain yang tertanam kuat dalam benak kesadaran kita, itu berarti kita melakukan tugas yang sudah
ditentukan secara eksternal oleh hukum-hukum
kodrat sosial (droit)dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang begitu alamiah dari lingkungan sosial. Kewajiban itu
muncul bukan hasil dari proses pemaksaan
eksternal yang mekanistis melainkan selalu diikuti oleh gejala resiprositas individu
dengan lingkungan luarnya sehingga
pada tahap akhirnya masyarakat telah menghasilkan ribuan atau bahkan jutaan manusia yang tunduk lahir batin dengan ketentuan-ketentuan kolektif.
Selain itu, dimensi sejarah juga
berbicara serupa.Ratusan tahun
silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat
setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan
maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi
lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu,
pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari,
mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang
dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak,
berburu dan sebagainya.[9]
Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara
bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya.
Tidak mengherankan apabila
cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat
istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap
ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata,
tetapi memiliki makna sakral yang patut
disyukuri dengan beberapa persembahan
serta upacara-upacara ritual. Begitulah
perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan iklim
sosialnya. Sedangkan keperluan khusus
untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa
kerajaan yang tangguh demimem pertahankan
harta kekayaan milik sang raja. Mereka secara khusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu
sesuai dengan kebutuhan system sosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka
ini menjadi ujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuan rakyat
jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar apabila jaman ini predikat golongan terdidik hanya bisa dimiliki oleh sanak
saudara sang raja serta kaum-kaum agamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring dengan bertambahnya
umur bumi ini maka kisah
pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan kecenderungan spirit
jaman yang sudah berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat
yang menjadi bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai
titik klimaksnya. Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gereja
secara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangan sejumlah ilmuwan
yang mampu membuktikan kesalahan dogma-dogma teologis tentang hukum alam.
Berbagai peristiwa lain juga memiliki andil besar dalam menentukan lahirnya
semangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu
reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di beberapa tempat
yang secara simbolis telah dipresentasikan oleh gelora heroisme revolusi
Perancis pada sekitar pertengahan abad ke-18, serta meningkatnya hasil
pemikiran- pemikiran ilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkan
dengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri. Praktis kecenderungan fakta
sosial demikian secara perlahanlahan mampu mengubah inti kebijakan masyarakat
yang berhubungan dengan pengajaran. Selain karena meluapnya industriindustri
manufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru
yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnya serta peningkatan diferensiasi
struktural maka masyarakat Eropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia
dalam jumlah massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankan
lahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan cukup rumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah
Eropa Barat mulai menerapkan
sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam mengelola proses
pendidikannya.Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana tentang renikrenik karakter fungsi pendidikan di
masyarakat.[10]
Melihat alur perkembangannya maka berbagai jenis
konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh
RandallCollins,1979 tentang tiga tipe
dasar pendidikan yang hadir di seluruh
dunia, yakni,[11]
a.
Pertama
jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang dilaksanakan
untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat
diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini
dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat
agraris awal.
b.
Pendidikan
kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada
umumnya pendidikan ini dirancang
bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam
masyarakat-masyarakat agraris dan industri.
c.
Tipe
pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan
kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari
model pemerintahan kepada masyarakat
awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat
kehadiran, peringkat dan derajat.[12]
Demikianlah tipe-tipe pendidikan
tersebut telah mewarnai corak
kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu
hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu
karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang
terbentuk.Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah
dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal
ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan. Pengaruh modernisasi di
berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan yang hampir sama
meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap negara pada akhir abad ke 20
an.Sebagaimana penuturan Tilaar bahwa dalam masyarakat yang sudah maju, proses
pendidikan sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah
dan pendidikan dalam lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang
lebih teratur dan terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai “schooling”.[13]
Untuk melihat latar belakang dari
menyeruaknya situasi sosial
dunia pendidikan demikian, pada kesempatan lain Randall Collins juga mengungkapkan analisis fungsional untuk menjelaskan
ekspansi pendidikan modern
sebagai akibat dari lahirnya kebutuhan-kebutuhan kualifikasi mahir bagi corak masyarakat modern. Pendidikan dilihat memiliki kontribusi positif demi
menjalankan roda perekonomian serta
putaran gerigi-gerigi mesin industri masyarakat pendukungnya.Prinsip-prinsip
tersebut antara lain yaitu,
1. Persyaratan pendidikan dari
pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat
industri yang terus meningkat sebagai akibat dari adanya perubahan teknologi yang memiliki dua aspek yaitu,
a. Proporsi
pekerjaan yang memerlukan keterampilan yangrendah berkurang sementara proporsi
yang memerlukan keterampilan tinggi bertambah.[14]
b. Pekerjaan-pekerjaan
yang sama terus meningkatkan persyaratan keterampilannya.
2. Pendidikan formal memberi latihan
yang diperlukan kepada orang-orang
untuk mendapat pekerjaan yang berketerampilan lebih tinggi.
3. Sebagai akibat dari yang disebut di
atas, persyaratan pendidikan untuk
bekerja terus meningkat dan semakin banyak orang yang dituntut untuk menghabiskan waktu yang lebih lama di sekolah.
Dari analisis tersebut kiranya cukup
jelas pemahaman kita apabila
masyarakat Indonesia semenjak kemerdekaannya tidak pernah lepas dari kehidupan
pendidikannya. Dengan upaya penerapan sekolah secara merata bagi rakyat
di seluruh penjuru tanah air dapat kita rasakan manfaat besarnya dalam membantu
menopang ekskalasi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Baik itu
wajah materiil hasil pembangunan fisik wilayah Negara kita maupun peningkatan
pola pikir manusia Indonesia yang semakin cerdas menjadi bukti kuat prestasi
pendidikan kita.[15] Bisa
disimpulkan pula bahwa alam reformasi yang kita rasakan saat inimerupakan salah
satu aspek jerih payah kerja sekolah-sekolah diIndonesia (termasuk perguruan
tinggi) demi mencapai cita-citarakyat Indonesia.
Dalam konteks
sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, perandan kiprah lain yang berkorelasi
dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan
andil menterjemahkan nilai-nilai
baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu
masyarakat tidak pernah kering
dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.[16]
C.
Pengaruh
Sekolah Terhadap Masyarakat
Masyarakat
merupakan kesatuan hidup yang berinteraksi menurut satu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinue dan terkait oleh identitas bersama. Dalam
artian masyarakat adalah satu kesatuan sosial, yang mempunyai ikatan-ikatan
kasih sayang yang erat.[17]
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang tinggal di suatu tempat, mempunyai
tujuan tertentu, mempunyai aturan yang mereka sepakati bersama.
Sekolah
sebagai masyarakat kecil dan bagian dari masyarakat, harus membina hubungan
baik dengan masyarakat. Ikut berpartisipasi dengan masyarakat merupakan
hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat. Hubungan antara sekolah dan
masyarakat dapat di lihat dari dua segi yaitu:
1. Sekolah sebagai patner dari
masyarakat di dalam melakukan fungsi pendidikan. Baik sekolah maupun masyarakat
merupakan pusat pendidikan yang potensial, hubungan fungsional keduanya adalah
(1)fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi oleh corak
pengalaman seseorang di masyarakat, dan (2)fungsi pendidikan di sekolah juga
dipengaruhi oleh pendayagunaan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan
belajar guna menunjang proses belajar seseorang.
2. Sekolah sebagai produsen yang melayani
pesanan-pesanan pendidikan di masyarakat lingkungannya. Hubungan sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan. Adapun gambaran
hubungan rasional diantara keduanya antara lain:
a. Sekolah sebagai lembaga layanan
terhadap kebutuhan pendidikan dimasyarakat yang membawa konsekuensi-konsekuensi
dan konseptual serta teknis yang bersesuaian antar fungsi pendidikan yang
diperankan sekolah dengan yang dibutuhkan masyarakat. Untuk menjalankan tujuan
pendidikan yang rasional dan ideal, maka sekolah memerlukan mekanisme informasi
timbal balik yang rasional, objektif dan realitas dengan masyarakat.
b. Sasaran pendidikan yang ditangani
lembaga persekolahan ditentukan kejelasan formulasi kontrak antara sekolah
dengan masyarakat. Diperlukan pendekatan komprehensif di dalam pengembangan
program dan kurikulum untuk masing-masing jenis dan jenjang persekolahan.
c. Pelaksanaan fungsi sekolah dalam
melayani masyarakat yang dipengaruhi oleh ikatan-ikatan objektif diantara
keduanya. Ikatan objektif tersebut berupa perhatian, penghargaan dan
lapangan-lapangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan-jaminan objektif
lainnya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga
masyarakat karena di dalamnya terdapat reaksi dan interaksi antar warganya,
warga tersebut adalah kepala sekolah, guru, murid, tenaga administrasi sekolah
serta petugas sekolah lainnya seperti dokter sekolah, penjaga sekolah, penjaga
kantin dan lain-lain.
Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai
lembaga pengembangan masyarakat, guru mempunyai peranan cukup penting selain
sebagai pengajar
di sekolah, ia
juga sebagai pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat
sekolah. Fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit tenaga guru yang memangku
jabatan masyarakat misalnya, pengurus LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa),
KUD (Koperasi Unit Desa), PKK, Karang Taruna, sebagai tutor Kejar Paket A,
Kejar Usaha dan lain-lain. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya
tergantung pada kuantitas dan kualitas keluaran atau produk sekolah tersebut
dan seberapa jauh masyarakat dapat menikmati keluaran/produk sekolah.[18]
Semakin luas sebaran produk sekolah di
tengah-tengah masyarakat , apalagi bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang
memadai, maka produk tersebut membawa pengaruh positif dan berarti perkembangan
masyarakat. Itulah gambaran umum tentang pengaruh sekolah terhadap masyarakat.
Berikut ini akan dikemukakan empat
macam pengaruh yang bisa diperankan oleh sekolah terhadap perkembangan
masyarakat.
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan
baik formal maupun non formal bahkan informal. Sekolah merupakan pelaksana
pendidikan formal paling tepat karena programnya labih ideal dibandingkan
lembaga pendidikan yang lain. Tingkat kecerdasan masyarakat menentukan bisa
tidaknya seseorang dalam menghadapi tantangan atau permasalahan hidup yang di
hadapi baik masalah pribadi maupun masalah masyarakat banyak.
2.
Membawa
bibit pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
Program pendidikan di sekolah juga
mengupayakan terjadinya transformasi pengetahuan, pemikiran, dan adanya inovasi
bagi perkembangan masyarakat luas. Kualitas hidup masyarakat meningkat bila
mereka tidak statis melainkan dinamis dengan melakukan pembaharuan,
penemuan-penemuan baru baik ilmu pengetahuan maupun teknologi. Penemuan dapat
terjadi di masyarakat dan dapat juga di sekolah. Namun sudah menjadi tugas dan
kewajiban sekolah untuk menyebarluaskan hasil penemuan dan pembaharuan
tersebut.[19]
3.
Menciptakan
warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
Untuk terjun di lapangan kerja
diperlukan bekal yang matang, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sekolah
tidak terlepas dari tugas pembekalan tersebut. Hal ini tercermin dalam isi
kurikulum pada masing-masing lembaga pendidikan (sekolah). Berfungsinya lembaga
pendidikan formal di dalam memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang relevan bagi dunia kerja, hal tersebut secara langsung membawa pengaruh
terhadap lapangan kerja di masyarakat.
4.
Melahirkan
sikap positif dan konstruktif bagi warga
masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah
masyarakat
Sikap positif dan konstruktif sangat
didambakan oleh masyarakat, dan sekolah telah membekali murid-muridnya sejak
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lewat pendidikan agama, pendidikan
moral Pancasila, maupun bidang studi lain. Kesadaran hidup bernegara, kesatuan
dan persatuan bangsa, serta loyalitas warga terhadap nusa dan bangsanya secara
tertahap ditanamkan pada hati sanubari murid-murid sehingga sikap positif dan
konstruktif bagi masyarakat dapat terwujud.
Kualitas persatuan dan kesatuan
bangsa/negara, loyalitas warga negara terhadap misi bangsa dan negara, sedikit
banyak diwarnai oleh pendidikan di sekolah. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai
Pancasila dan wawasan nusantara selama ini senantiasa di kembangkan di sekolah.
D.
Perubahan
Sosial dan Pendidikan
Telah banyak dibicarakan oleh publik
bahwa masyarakat kitasaat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun
karena gejala tersebut memiliki intensitas
yang begitu kuat maka banyak pihak
yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi
goyah lalu perlahan lahan akan mengalami pemudaran.[20] Perubahan
dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu.Namun dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat. Hal ini
membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan mana sering
berjalan secara konstan dan terikat dengan waktu dan tempat. Akan tetapi karena
sifatnya berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, meskipun
diselingi keadaan di mana masyarakat yang mengalami perubahan.Telah menjadi
hukum alam bahwa masyarakat memilikiperbedaan dalam adopsi setiap perubahan
ataupun inovasi baru.
Ada masyarakat
yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan,ada yang lambat bahkan ada yang
sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan anggota masyarakat
umumnya. Halini terjadi, karena anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan
untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara
berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya antara
nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
masyarakat, faktor referensi atau
panutan juga berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Unsur-unsur yang dapat
dijadikan referensi oleh seseorang atau masyarakat terhadap proses adopsi perubahan itu di
antaranya adalah, (1) orangtua (2) pemuka
masyarakat baik formal maupun non-formal, (3) teman dekat,
(4) figur idola, dan (5) orang yang
paling berpengaruh terhadap diri seseorang.
Unsur- unsur no.
1, 2, dan 3, dapat ditunjuk dengan jelas dalam masyarakat. Akan tetapi unsur
figur idola dan unsur orang yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang sangat subjektif.
Figur-fiiguritu dapat berwujud bintang film, tokoh masyarakat, sifat
heroisme,atau yang lain, yang pada dasarnya dapat berbentuk karakteristik atau
aktualisasi dari figur itu yang dinilai sesuai dengan nilai yang dimilikinya,
karena baik pola maupun kecepatan seseorang atau suatu masyarakat menerima
suatu perubahan pada dasarnya adalah berbeda. Perbedaan ini yang dapat
menghasilkan kesenjangan tata nilai di dalam masyarakat, lebih-lebih lagi dalam
situasi di mana kompleksitas perubahan itu semakin meluas dan perubahan itu
terjadi sangat cepat. Sementara kalau kita sadari perubahan budaya manusia
melekat dengan perubahan alam dan jaman. Pada era teknologi suatu masyarakat akan ketinggalan apabila masyarakat itu
tidak menerapkan teknologi dalam tatanan
hidup mereka. Bahkan teknologi
telah terbukti membawa tingkat efisiensi dan kemakmuran masyarakat, karena sifat dari
teknologi itu yang pada dasarnya
memburu perolehan nilai tambah perubahan budaya itupada dasarnya adalah untuk
adaptasi terhadap perubahan alam dan jaman agar manusia tetap mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka.[21]
Meskipun kekayaan sumber daya alam
bukan faktor penentu terhadap kemajuan
suatu masyarakat dibandingkan dengan
kekayaan sumber daya manusia tetapi semakin berkurangnya daya dukung potensi sumber daya alam
dibanding dengan tuntutan kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin besar tetap akan berdampak terhadap
terjadinya perubahan pola hidup
manusia. Apabila produk dan jasa yang menjadi ukuran kekuatan suatu masyarakat potensial bagi
masyarakat tertentu,maka mereka itu yang akan mampu menguasai pasar, yang
akhirnya merekalah yang akan mampu
mempertahankan eksistensi hidup
mereka. Akhirnya penguasaan teknologi yang akan menghasilkan unggulan suatu bangsa.
Berdasarkan tinjauan di atas, bahwa
untuk mempertahankan eksistensi
hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari penguasaan teknologi, maka unsur kreativitas,
unsur kemandirian dalam kebersamaan,
unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menaggapi budaya hidup teknologis itu. Berarti pendidikan yang menghasilkan
manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan
dalam pola pendidikan umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan sebagai sumber
informasi pendidikan bagi generasi
bangsa saat ini, maka konsep pendidikan perlu mengalami pergeseran, pendidikan
bukan lagi sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi menjadi kondisi apapun
yang dampaknya dapat menyebabkan terjadinya
perubahan nilai-nilai manusia.
Kondisi dalam kehidupan keluarga,
kondisi yang terjadi dalam masyarakat
luas sebagai panggung pentas budaya bangsa kondisi yang ditampilkan oleh berbagai media
baik cetak maupun elektronika, kondisi
yang terjadi di sekolah kesemuanya secara bersama-sama mewujudkan terjadinya proses
pendidikan bagi generasi bangsa
kita.[22]
Baik dipandang dari dimensi tuntutan kualitas
manusia masa kini dan masa datang maupun
dari kondisi pendidikan yang
semakin kompleks dan multi dimensional
itu, maka pendidikan kita
telah saatnya lebih banyak memberi kesempatan anak-anak kita mengaktualisasikan diri dalam
kondisi yang terkontrol baik
dirumah maupun di sekolah untuk mengimbangi kondisi yang tidak terkontrol dalam
kehidupan di masyarakat luas yang justru tarik menarik pengaruhnya terhadap proses pendidikan formal semakin besar. Peran pendidikan
orang tua dan pendidikan sekolah dituntut semakin besar, apabila kita ingin
generasi bangsa kita tidak mengalami
pemudaran nilai-nilai budaya bangsa kita yang akan menjalar kepada pemudaran rasa kebangsaan
kita,dengan lebih besar memberikan kesempatan kepada merekauntuk
mengaktualisasikan diri mereka masing-masing.
E. Pendidikan
dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh
kepercayaan yang besar sekali
akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Oleh karena itu setiap anak
diharapkan memasuki sekolah dan
dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah.[23]
Sekolah dapat merekonstruksi atau
mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan
terpenuhi? Dapat dipertanyakan. Pihak yang berkuasa di suatu negara pada
umumnya menggunakan sekolah
untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa
persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Sekolah tak dapat melepaskan diri
dari masyarakat tempat ia berada
dan dari kontrol pihak yang berkuasa.[24]
Sekolah hanya dapat mengikuti
perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin mempelopori atau
mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan
sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang
berlangsung dalam masyarakat itu. Belajar dari pengalaman berbagai
dunia, tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan
perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu,
seperti Hitler di Jerman, Partai Komunis di Uni Soviet, Jepang di daerah
jajahannya dan sebagainya. Sistem
pendidikan adalah alat yang ampuh untuk
mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut
keinginan merekayang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara, misalnya oleh golongan yang menganut
ideologi lain akan memanfaatkan
sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.
Dalam dunia yang dinamis ini tanpa
terkecuali setiap masyarakat akan
mengalami perubahan menuju pembaharuan. Tidak turut berubah dan mengikuti pertukaran jaman akan
membahayakan.
III. KESIMPULAN
1.
Masyarakat
adalah kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang
berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh
karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak
terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang
kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu
kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah
masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya
berdasarkan naluri saja.
Pada dasarnya lembaga pendidikan
meliputi lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan sekolah dan lembaga
pendidikan masyarakat.
a.
Lembaga
Pendidikan Keluarga
Keluarga
adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena antara orang tua
sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik terdapat hubungan darah.
b. Lembaga Pendidikan Sekolah
Salah
satu lembaga formal adalah lembaga pendidikan sekolah. Lembaga pendidikan
sekolah terbentuk karena adanya perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya
orang tua dalam mendidik anak.
c. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat
adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial
budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat
tersebut.
2.
Pendidikan
sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan
lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni
keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang
ibu berupaya memberikan segala
bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang
lembut serta gendongan yang
begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih
tetap memerlukan pertolongan intensif
dari manusia lain. Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat
di dalam mahligai cinta kasih
perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya
3.
Terdapat
empat macam
pengaruh yang bisa diperankan oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat.
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Membawa bibit pembaharuan bagi
perkembangan masyarakat
c. Menciptakan warga masyarakat yang
siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
d. Melahirkan sikap positif dan
konstruktif bagi warga masyarakat,
sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat
4.
Untuk
mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak
dapat terhindar dari penguasaan teknologi,
maka unsur kreativitas, unsur kemandirian dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menaggapi budaya hidup
teknologis itu. Berarti pendidikan
yang menghasilkan manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan dalam pola pendidikan umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan sebagai sumber
informasi pendidikan bagi generasi
bangsa saat ini, maka konsep pendidikan perlu mengalami pergeseran, pendidikan
bukan lagi sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi menjadi kondisi apapun
yang dampaknya dapat menyebabkan terjadinya
perubahan nilai-nilai manusia
5.
Sekolah
hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin
mempelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses
perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu. Belajar dari
pengalaman berbagai dunia, tentu saja sekolah dapat digunakan
oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan
oleh pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler di Jerman, Partai Komunis di Uni
Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan sebagainya. Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh untuk
mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut
keinginan merekayang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara, misalnya oleh golongan yang menganut
ideologi lain akan memanfaatkan
sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto
Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar .Jakarta: Raja Grafindo Pustaka,
2000
Gazalba
Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1976
Semiawan Conny R., Penerapan
Pembelajaran Pada Anak, Jakarta: Indeks, 2009
Subaidin,
Pendidikan Berbasis Masyarakat, Yokyakarta: Pustaka pelajar, 2007
Wahyu
Ramdani, Ilmu Sosial Dasar, Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2007
Ahmadi
Abu, Psikologi Umum, Cet. 3; Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2003
Yusuf
Syamsu, Psikologi perkembangan Anak dan
Remaja, Cet. 6; bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Slameto,Belajar dan factor-faktor yang
mempenagruhinya, Cet. IV, Jakarta: Rineka cipta, 2003
Douglas,
Teori Sosiologi Modern, Edisi 6,
Jakarta: Kencana, 2008
Syah
Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Arcaro Jerome, Pendidikan
Berbasis Mutu, Cet.V, Yokyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007
Shadily
Hassan, Sosiologi untuk Masyarakat
Indonesia, Cet. 10; Jakarta: PT Bina Aksara, 1984
Sunarto
Kamanto, Pengantar Sosiologi Edisi
Revisi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993
Soelaeman Munandar, Ilmu
Sosial Dasar teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: Eresco, 1989
Ihsan Fuad, Dasar-Dasar
Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Heri Agus Brutosusilo,
Masyarakat dan Kebebasan.
Cet. 2; Jakarta :
Rajawali. 1986
Widagdho
Djoko,dkk, Ilmu Budaya Dasar, Cet;VII , Jakarta; Bumi Aksara, 2001
Nehnavajsa
Jiri, Sosiologi Modernisasi, Jogjakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993
[1] Soerjono Soekanto. Sosiologi
Suatu Pengantar .(Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2000), hlm. 65
[2] Sidi Gazalba, Masyarakat
Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hlm. 11.
[4] Conny R. Semiawan,, hlm 71.
[6] Ramdani wahyu, Ilmu
Sosial Dasar, (Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), hlm. 69
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Cet. 3; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 195
[8] Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, (Cet.
6; bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 17
[9] Slameto,Belajar dan factor-faktor yang mempenagruhinya,(Cet. IV, Jakarta: Rineka cipta, 2003), hlm. 87
[10] Douglas, Teori Sosiologi Modern, (Edisi 6, Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 364
[11] Muhibbin Syah. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). hlm. 24
[12] Muhibbin Syah. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm.
37
[14] Muhibbin Syah. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm. 49
[15] Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia,
(Cet. 10; Jakarta: PT Bina Aksara, 1984), hlm. 51
[16] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi,
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), hlm. 54
[17] Munandar
Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar teori dan
Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: Eresco, 1989), hlm. 65.
[22] Djoko Widagdho,dkk, Ilmu
Budaya Dasar, (Cet;VII , Jakarta; Bumi Aksara, 2001 ), hlm.41
[23] Djoko Widagdho,dkk, Ilmu
Budaya Dasar, hlm. 45
[24] Jiri Nehnavajsa, Sosiologi
Modernisasi, (Jogjakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 189
No comments:
Post a Comment