Tuesday 16 February 2016

Makalah Sosiologi Pendidikan: Realisasi antara pendidikan dan masyarakat

I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menjadi sarana bagi pembetukan intelektualitas, bakat, budi pekerti, dan akhlak, serta kecakapan peserta didik dalam proses pendidikan. Atas pertimbangan inilah selayaknya semua pihak perlu memberikan perhatian secara maksimal terhadap bidang pendidikan.
Dunia pendidikan dimasa depan memang dituntut untuk lebih dekat lagi dengan realitas dan permasalahan hidup yang tengah menghimpit masyarakat. Ungkapan School is mirror society (sekolah lembaga pendidikan adalah cermin masyarakat) setidaknya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang berlangsung. Sebagai kon­sekuensinya, lembaga masyarakat harus ikut berperan aktif dalam memecahkan problem social,
Warga masyarakat akhir-akhir ini juga diharapkan problem dapat mengatasi problem dan perlu adanya perhatian khusus dalam pendidikan dan masyarakat, karena 95% masyarakat menunjang perkembangan peserta didik baik positif atau negatifnya.

Para Sosiolog memandang betapa pentingnya pengetahuan tentang proses sosial, mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia. Bahkan Tamutso Shibutani menyatakan bahwa Sosiologi mempelajari transaksi-transaksi sosial yang mencakup usaha-usaha bekerja sama antara para pihak, karena setiap kegiatan manusia di dasarkan pada gotong royong.[1]





B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Masyarakat dan Pendidikan ?
2.      Bagaimana Proses Belajar Individu di Masyarakat ?
3.      Bagaimana Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat ?
4.      Bagaimana Perubahan Sosial dan Pendidikan ?
5.      Bagaimana Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat ?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Masyarakat dan Pendidikan
2.      Untuk Mengetahui Proses Belajar Individu di Masyarakat
3.      Untuk Mengetahui Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
4.      Untuk Mengetahui Perubahan Sosial dan Pendidikan
5.      Untuk Mengetahui Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat













II.    PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masyarakat dan Pendidikan
1.      Masyarakat
Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.[2] Sedang, istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.
Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat; Pertama pada masyarakat mesti terdapat se­kumpul­­an individu yang jumlahnya cukup besar. Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
2.      Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah suatu tempat yang di dalamnya terdapat proses pendidikan. Pada dasarnya lembaga pendidikan meliputi lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan masyarakat.
a.       Lembaga Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh dari orang tua.  Karena itu keluarga merupakan lembaga tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Lembaga pendidikan keluarga tidak memiliki program yang resmi seperti lembaga pendidikan sekolah karena di dalam keluarga anak mendapatkan pendidikan secara alami.
Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik. Keluarga sebagai lingkung­an pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali dikenalkan dengan nilai dan norma. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik terdapat hubungan darah.
b.      Lembaga Pendidikan Sekolah
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan melalui prasarana terlembaga seperti sekolah, akademi, universitas. Pendidikan ini di laksanakan berurut dalam jangka waktu yang lama dan berjenjang. Keberhasilan dalam menjalani pendidikan  ini pada tahap-tahap tertentu biasanya dilambangkan dengan pemberian ijazah.[3]
Salah satu lembaga formal adalah lembaga pendidikan sekolah. Lembaga pendidikan sekolah terbentuk karena adanya perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orang tua dalam mendidik anak. Mendidik anak tidak hanya    di lakukan oleh keluarga tetapi lembaga pendidikan sekolah ikut berperan serta dalam mendidik masyarakat. Lembaga sekolah ini meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya dalam lingkungan keluarga. Sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan dari orang tua. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Pembangunan tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersedianya SDM yang berkualitas hasil dari didikan lembaga sekolah.
c.       Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lembaga pendidikan formal. Lembaga pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur formal. Pendidikan nonformal pada umumnya merupakan pendidikan keterampil­an yang mem­persiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan me­nyelenggara­kan pekerjaan tertentu yang dibutuhkan dalam bidang produksi dan jasa, serta meningkatkan mutu kehidupan peserta sendiri.
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya, dan per­kembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu ikut serta membantu me­nyelenggara­kan pendidikan (dengan membuka lembaga pendidikan swasta), menyediakan lapangan kerja, menyediakan sarana dan prasarana, dan membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. [4]
Dalam sistem pendidikan nasional  masyarakat ini disebut “Pendidikan Kemasyarakatan”. Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang memberikan perkembangan sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keterampil­an, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat.
B.     Proses Belajar Individu di Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan masyarakat.
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik dirumah. Sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.[5]
Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain. Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya.[6]
Manusia adalah merupakan makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologik.[7]
Dari sini bisa kita sadari selain anggota keluarga baru itu belajar mengetahui, mempelajari serta melakukan berbagai reaksi terhadap stimulus dari dunia barunya maka bisa kita cermati pula bahwa sang bayi juga memahami esensi nilai-nilai kemanusiaan dari keluarganya dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta semua tindak tanduk yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat oleh belaian kasih sayang manusia dewasa.[8]
Ilustrasi di atas hanyalah sekelumit kecil dari siklus belajar individu di dalam masyarakat. Proses tersebut berlangsung pula ketika kita menjadi manusia dewasa. Apabila kita memenuhi kewajiban sebagai saudara laki-laki, suami atau warga Negara, serta menjalankan hal-hal lain yang tertanam kuat dalam benak kesadaran kita, itu berarti kita melakukan tugas yang sudah ditentukan secara eksternal oleh hukum-hukum kodrat sosial (droit)dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang begitu alamiah dari lingkungan sosial. Kewajiban itu muncul bukan hasil dari proses pemaksaan eksternal yang mekanistis melainkan selalu diikuti oleh gejala resiprositas individu dengan lingkungan luarnya sehingga pada tahap akhirnya masyarakat telah menghasilkan ribuan atau bahkan jutaan manusia yang tunduk lahir batin dengan ketentuan-ketentuan kolektif.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa.Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya.[9]
 Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan serta upacara-upacara ritual. Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demimem pertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secara khusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan system sosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadi ujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuan rakyat jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar apabila jaman ini predikat golongan terdidik hanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja serta kaum-kaum agamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini maka kisah pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya. Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gereja secara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangan sejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahan dogma-dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwa lain juga memiliki andil besar dalam menentukan lahirnya semangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah dipresentasikan oleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar pertengahan abad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran- pemikiran ilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkan dengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri. Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahanlahan mampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungan dengan pengajaran. Selain karena meluapnya industriindustri manufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnya serta peningkatan diferensiasi struktural maka masyarakat Eropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia dalam jumlah massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankan lahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan cukup rumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulai menerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana tentang renikrenik karakter fungsi pendidikan di masyarakat.[10] Melihat alur perkembangannya maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins,1979  tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni,[11]
a.        Pertama jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu  dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat agraris awal.
b.        Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri.
c.        Tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.[12]
Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk.Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan. Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan yang hampir sama meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap negara pada akhir abad ke 20 an.Sebagaimana penuturan Tilaar bahwa dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai “schooling”.[13]
Untuk melihat latar belakang dari menyeruaknya situasi sosial dunia pendidikan demikian, pada kesempatan lain Randall Collins juga mengungkapkan analisis fungsional untuk menjelaskan ekspansi pendidikan modern sebagai akibat dari lahirnya kebutuhan-kebutuhan kualifikasi mahir bagi corak masyarakat modern. Pendidikan dilihat memiliki kontribusi positif demi menjalankan roda perekonomian serta putaran gerigi-gerigi mesin industri masyarakat pendukungnya.Prinsip-prinsip tersebut antara lain yaitu,
1.      Persyaratan pendidikan dari pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat industri yang terus meningkat sebagai akibat dari adanya perubahan teknologi yang memiliki dua aspek yaitu,
a.       Proporsi pekerjaan yang memerlukan keterampilan yangrendah berkurang sementara proporsi yang memerlukan keterampilan tinggi bertambah.[14]
b.      Pekerjaan-pekerjaan yang sama terus meningkatkan persyaratan keterampilannya.
2.      Pendidikan formal memberi latihan yang diperlukan kepada orang-orang untuk mendapat pekerjaan yang berketerampilan lebih tinggi.
3.      Sebagai akibat dari yang disebut di atas, persyaratan pendidikan untuk bekerja terus meningkat dan semakin banyak orang yang dituntut untuk menghabiskan waktu yang lebih lama di sekolah.
Dari analisis tersebut kiranya cukup jelas pemahaman kita apabila masyarakat Indonesia semenjak kemerdekaannya tidak pernah lepas dari kehidupan pendidikannya. Dengan upaya penerapan sekolah secara merata bagi rakyat di seluruh penjuru tanah air dapat kita rasakan manfaat besarnya dalam membantu menopang ekskalasi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Baik itu wajah materiil hasil pembangunan fisik wilayah Negara kita maupun peningkatan pola pikir manusia Indonesia yang semakin cerdas menjadi bukti kuat prestasi pendidikan kita.[15] Bisa disimpulkan pula bahwa alam reformasi yang kita rasakan saat inimerupakan salah satu aspek jerih payah kerja sekolah-sekolah diIndonesia (termasuk perguruan tinggi) demi mencapai cita-citarakyat Indonesia.
Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, perandan kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.[16]


C.     Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Masyarakat merupakan kesatuan hidup yang berinteraksi menurut satu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan terkait oleh identitas bersama. Dalam artian masyarakat adalah satu kesatuan sosial, yang mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat.[17] Masyarakat adalah sekelompok manusia yang tinggal di suatu tempat, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai aturan yang mereka sepakati bersama.
Sekolah sebagai masyarakat kecil dan bagian dari masyarakat, harus membina hubungan baik dengan masyarakat. Ikut berpartisipasi dengan masyarakat merupakan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat. Hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat di lihat dari dua segi yaitu:
1.      Sekolah sebagai patner dari masyarakat di dalam melakukan fungsi pendidikan. Baik sekolah maupun masyarakat merupakan pusat pendidikan yang potensial, hubungan fungsional keduanya adalah (1)fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di masyarakat, dan (2)fungsi pendidik­an di sekolah juga dipengaruhi oleh pendayagunaan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan belajar guna menunjang proses belajar seseorang.
2.      Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan di masyarakat lingkungannya. Hubungan sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan. Adapun gambaran hubungan rasional diantara keduanya antara lain:
a.       Sekolah sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan dimasyarakat yang membawa konsekuensi-konsekuensi dan konseptual serta teknis yang bersesuaian antar fungsi pendidikan yang diperankan sekolah dengan yang dibutuhkan masyarakat. Untuk menjalankan tujuan pendidikan yang rasional dan ideal, maka sekolah memerlukan mekanisme informasi timbal balik yang rasional, objektif dan realitas dengan masyarakat.
b.      Sasaran pendidikan yang ditangani lembaga persekolahan ditentukan kejelasan formulasi kontrak antara sekolah dengan masyarakat. Diperlukan pendekatan komprehensif di dalam pengembangan program dan kurikulum untuk masing-masing jenis dan jenjang persekolahan.
c.       Pelaksanaan fungsi sekolah dalam melayani masyarakat yang dipengaruhi oleh ikatan-ikatan objektif diantara keduanya. Ikatan objektif tersebut berupa perhatian, penghargaan dan lapangan-lapangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan-jaminan objektif lainnya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat karena di dalamnya terdapat reaksi dan interaksi antar warganya, warga tersebut adalah kepala sekolah, guru, murid, tenaga administrasi sekolah serta petugas sekolah lainnya seperti dokter sekolah, penjaga sekolah, penjaga kantin dan lain-lain.
Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat, guru mempunyai peranan cukup penting selain sebagai pengajar di sekolah, ia juga sebagai pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat sekolah. Fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit tenaga guru yang memangku jabatan masyarakat misalnya, pengurus LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), KUD (Koperasi Unit Desa), PKK, Karang Taruna, sebagai tutor Kejar Paket A, Kejar Usaha dan lain-lain. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung pada kuantitas dan kualitas keluaran atau produk sekolah tersebut dan seberapa jauh masyarakat dapat menikmati keluaran/produk sekolah.[18]
Semakin luas sebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat , apalagi bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai, maka produk tersebut membawa pengaruh positif dan berarti perkembangan masyarakat. Itulah gambaran umum tentang pengaruh sekolah terhadap masyarakat.
Berikut ini akan dikemukakan empat macam pengaruh yang bisa diperankan oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat.
1.      Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik formal maupun non formal bahkan informal. Sekolah merupakan pelaksana pendidikan formal paling tepat karena programnya labih ideal dibandingkan lembaga pendidikan yang lain. Tingkat kecerdasan masyarakat menentukan bisa tidaknya seseorang dalam menghadapi tantangan atau permasalahan hidup yang di hadapi baik masalah pribadi maupun masalah masyarakat banyak.
2.      Membawa bibit pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
Program pendidikan di sekolah juga mengupayakan terjadinya transformasi pengetahuan, pemikiran, dan adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas. Kualitas hidup masyarakat meningkat bila mereka tidak statis melainkan dinamis dengan melakukan pembaharuan, penemuan-penemuan baru baik ilmu pengetahuan maupun teknologi. Penemuan dapat terjadi di masyarakat dan dapat juga di sekolah. Namun sudah menjadi tugas dan kewajiban sekolah untuk menyebarluaskan hasil penemuan dan pembaharuan tersebut.[19]                         
3.      Menciptakan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
Untuk terjun di lapangan kerja diperlukan bekal yang matang, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sekolah tidak terlepas dari tugas pembekalan tersebut. Hal ini tercermin dalam isi kurikulum pada masing-masing lembaga pendidikan (sekolah). Berfungsinya lembaga pendidikan formal di dalam memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relevan bagi dunia kerja, hal tersebut secara langsung membawa pengaruh terhadap lapangan kerja di masyarakat.
4.      Melahirkan sikap positif dan konstruktif  bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat
Sikap positif dan konstruktif sangat didambakan oleh masyarakat, dan sekolah telah membekali murid-muridnya sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lewat pendidikan agama, pendidikan moral Pancasila, maupun bidang studi lain. Kesadaran hidup bernegara, kesatuan dan persatuan bangsa, serta loyalitas warga terhadap nusa dan bangsanya secara tertahap ditanamkan pada hati sanubari murid-murid sehingga sikap positif dan konstruktif bagi masyarakat dapat terwujud.
Kualitas persatuan dan kesatuan bangsa/negara, loyalitas warga negara terhadap misi bangsa dan negara, sedikit banyak diwarnai oleh pendidikan di sekolah. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila dan wawasan nusantara selama ini senantiasa di kembangkan di sekolah.
D.    Perubahan Sosial dan Pendidikan
Telah banyak dibicarakan oleh publik bahwa masyarakat kitasaat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan lahan akan mengalami pemudaran.[20] Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu.Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat. Hal ini membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan mana sering berjalan secara konstan dan terikat dengan waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, meskipun diselingi keadaan di mana masyarakat yang mengalami perubahan.Telah menjadi hukum alam bahwa masyarakat memilikiperbedaan dalam adopsi setiap perubahan ataupun inovasi baru.
Ada masyarakat yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan,ada yang lambat bahkan ada yang sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan anggota masyarakat umumnya. Halini terjadi, karena anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat, faktor referensi atau panutan juga berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Unsur-unsur yang dapat dijadikan referensi oleh seseorang atau masyarakat terhadap proses adopsi perubahan itu di antaranya adalah, (1) orangtua (2) pemuka masyarakat baik formal maupun non-formal, (3) teman dekat, (4) figur idola, dan (5) orang yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang.
Unsur- unsur no. 1, 2, dan 3, dapat ditunjuk dengan jelas dalam masyarakat. Akan tetapi unsur figur idola dan unsur orang yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang sangat subjektif. Figur-fiiguritu dapat berwujud bintang film, tokoh masyarakat, sifat heroisme,atau yang lain, yang pada dasarnya dapat berbentuk karakteristik atau aktualisasi dari figur itu yang dinilai sesuai dengan nilai yang dimilikinya, karena baik pola maupun kecepatan seseorang atau suatu masyarakat menerima suatu perubahan pada dasarnya adalah berbeda. Perbedaan ini yang dapat menghasilkan kesenjangan tata nilai di dalam masyarakat, lebih-lebih lagi dalam situasi di mana kompleksitas perubahan itu semakin meluas dan perubahan itu terjadi sangat cepat. Sementara kalau kita sadari perubahan budaya manusia melekat dengan perubahan alam dan jaman. Pada era teknologi suatu masyarakat akan ketinggalan apabila masyarakat itu tidak menerapkan teknologi dalam tatanan hidup mereka. Bahkan teknologi telah terbukti membawa tingkat efisiensi dan kemakmuran masyarakat, karena sifat dari teknologi itu yang pada dasarnya memburu perolehan nilai tambah perubahan budaya itupada dasarnya adalah untuk adaptasi terhadap perubahan alam dan jaman agar manusia tetap mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka.[21]
Meskipun kekayaan sumber daya alam bukan faktor penentu terhadap kemajuan suatu masyarakat dibandingkan dengan kekayaan sumber daya manusia tetapi semakin berkurangnya daya dukung potensi sumber daya alam dibanding dengan tuntutan kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin besar tetap akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola hidup manusia. Apabila produk dan jasa yang menjadi ukuran kekuatan suatu masyarakat potensial bagi masyarakat tertentu,maka mereka itu yang akan mampu menguasai pasar, yang akhirnya merekalah yang akan mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Akhirnya penguasaan teknologi yang akan menghasilkan unggulan suatu bangsa.
Berdasarkan tinjauan di atas, bahwa untuk mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari penguasaan teknologi, maka unsur kreativitas, unsur kemandirian dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menaggapi budaya hidup teknologis itu. Berarti pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan dalam pola pendidikan umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan sebagai sumber informasi pendidikan bagi generasi bangsa saat ini, maka konsep pendidikan perlu mengalami pergeseran, pendidikan bukan lagi sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi menjadi kondisi apapun yang dampaknya dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai-nilai manusia.
Kondisi dalam kehidupan keluarga, kondisi yang terjadi dalam masyarakat luas sebagai panggung pentas budaya bangsa kondisi yang ditampilkan oleh berbagai media baik cetak maupun elektronika, kondisi yang terjadi di sekolah kesemuanya secara bersama-sama mewujudkan terjadinya proses pendidikan bagi generasi bangsa kita.[22]
 Baik dipandang dari dimensi tuntutan kualitas manusia masa kini dan masa datang maupun dari kondisi pendidikan yang semakin kompleks dan multi dimensional itu, maka pendidikan kita telah saatnya lebih banyak memberi kesempatan anak-anak kita mengaktualisasikan diri dalam kondisi yang terkontrol baik dirumah maupun di sekolah untuk mengimbangi kondisi yang tidak terkontrol dalam kehidupan di masyarakat luas yang justru tarik menarik pengaruhnya terhadap proses pendidikan formal semakin besar. Peran pendidikan orang tua dan pendidikan sekolah dituntut semakin besar, apabila kita ingin generasi bangsa kita tidak mengalami pemudaran nilai-nilai budaya bangsa kita yang akan menjalar kepada pemudaran rasa kebangsaan kita,dengan lebih besar memberikan kesempatan kepada merekauntuk mengaktualisasikan diri mereka masing-masing.
E.     Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Oleh karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah.[23]
Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan terpenuhi? Dapat dipertanyakan. Pihak yang berkuasa di suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol pihak yang berkuasa.[24]
Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin mempelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu. Belajar dari pengalaman berbagai dunia, tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler di Jerman, Partai Komunis di Uni Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan sebagainya. Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh untuk mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan merekayang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara, misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.
Dalam dunia yang dinamis ini tanpa terkecuali setiap masyarakat akan mengalami perubahan menuju pembaharuan. Tidak turut berubah dan mengikuti pertukaran jaman akan membahayakan.




III. KESIMPULAN
1.      Masyarakat adalah kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
Pada dasarnya lembaga pendidikan meliputi lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan masyarakat.
a.       Lembaga Pendidikan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik terdapat hubungan darah.
b.      Lembaga Pendidikan Sekolah
Salah satu lembaga formal adalah lembaga pendidikan sekolah. Lembaga pendidikan sekolah terbentuk karena adanya perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orang tua dalam mendidik anak.
c.       Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut.
2.       Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain. Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya
3.      Terdapat empat macam pengaruh yang bisa diperankan oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat.
a.       Mencerdaskan kehidupan bangsa
b.      Membawa bibit pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
c.       Menciptakan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
d.      Melahirkan sikap positif dan konstruktif  bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat
4.       Untuk mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari penguasaan teknologi, maka unsur kreativitas, unsur kemandirian dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menaggapi budaya hidup teknologis itu. Berarti pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan dalam pola pendidikan umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan sebagai sumber informasi pendidikan bagi generasi bangsa saat ini, maka konsep pendidikan perlu mengalami pergeseran, pendidikan bukan lagi sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi menjadi kondisi apapun yang dampaknya dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai-nilai manusia
5.       Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin mempelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu. Belajar dari pengalaman berbagai dunia, tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler di Jerman, Partai Komunis di Uni Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan sebagainya. Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh untuk mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan merekayang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara, misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.






















DAFTAR PUSTAKA
Soekanto Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar .Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2000
Gazalba Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Semiawan Conny R., Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta: Indeks, 2009
Subaidin, Pendidikan Berbasis Masyarakat, Yokyakarta: Pustaka pelajar, 2007
Wahyu Ramdani,  Ilmu Sosial Dasar, Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2007
Ahmadi Abu, Psikologi Umum, Cet. 3; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
Yusuf Syamsu, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, Cet. 6; bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Slameto,Belajar dan factor-faktor yang mempenagruhinya, Cet. IV, Jakarta: Rineka cipta, 2003
Douglas, Teori Sosiologi Modern, Edisi 6, Jakarta: Kencana, 2008
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan  Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Arcaro Jerome, Pendidikan Berbasis Mutu, Cet.V, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Shadily Hassan, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Cet. 10; Jakarta: PT Bina Aksara, 1984
Sunarto Kamanto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993
Soelaeman Munandar, Ilmu Sosial Dasar teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: Eresco, 1989
Ihsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Heri Agus Brutosusilo,  Masyarakat  dan Kebebasan. Cet. 2;  Jakarta : Rajawali. 1986
Widagdho Djoko,dkk,  Ilmu Budaya Dasar, Cet;VII , Jakarta; Bumi Aksara, 2001
Nehnavajsa Jiri,  Sosiologi Modernisasi, Jogjakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993












[1] Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar .(Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2000), hlm. 65
[2] Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 11.
[3] Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 71
[4] Conny R. Semiawan,, hlm 71.
[5] Subaidin, Pendidikan Berbasis Masyarakat,(Yokyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 47
[6] Ramdani wahyu,  Ilmu Sosial Dasar, (Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), hlm. 69
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Cet. 3; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 195
[8] Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, (Cet. 6; bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 17
[9] Slameto,Belajar dan factor-faktor yang mempenagruhinya,(Cet. IV, Jakarta: Rineka cipta, 2003), hlm. 87
[10] Douglas, Teori Sosiologi Modern, (Edisi 6, Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 364
[11] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan  Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). hlm. 24
[12] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan  Pendekatan Baru, hlm. 37
[13] Jerome  Arcaro,  Pendidikan Berbasis Mutu, (Cet.V, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.)
hlm. 127

[14] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan  Pendekatan Baru, hlm. 49
[15] Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Cet. 10; Jakarta: PT Bina Aksara, 1984), hlm. 51
[16] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), hlm. 54
[17] Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: Eresco, 1989), hlm. 65.
[18] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 98.
[19] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, hlm. 99
[20] Agus Brutosusilo Heri,  Masyarakat  dan Kebebasan.(Cet. 2;  Jakarta : Rajawali. 1986), hlm. 76
[21] Agus Brutosusilo Heri,  Masyarakat  dan Kebebasan, hlm. 76.
[22] Djoko Widagdho,dkk,  Ilmu Budaya Dasar, (Cet;VII , Jakarta; Bumi Aksara, 2001 ), hlm.41
[23] Djoko Widagdho,dkk,  Ilmu Budaya Dasar, hlm. 45
[24] Jiri Nehnavajsa,  Sosiologi Modernisasi, (Jogjakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 189

No comments:

Post a Comment